By Pasar Seni ITB
28 Oktober 1998
Setelah absen selama lebih dari sepuluh tahun, Pasar Seni ITB akan kembali diselenggarakan pada Oktober 2025. Rangkaian acara ini diawali dengan pre-event bertajuk Sinestesia: Merayakan Kembali, yang berlangsung di Galeri Soemardja, Gedung CAD, Kampus ITB, Jalan Ganesha, Bandung. Sinestesia dihadirkan bukan hanya sebagai ruang nostalgia, tetapi juga sebagai platform kreatif yang menjembatani sejarah panjang Pasar Seni dengan bentuk-bentuk seni masa kini, menandai dimulainya perjalanan Pasar Seni ITB 2025.
Dalam Sinestesia, pengunjung dapat menikmati tiga bagian utama: pameran arsip sejarah, pengenalan tema utama acara, serta peluncuran logo resmi. Pameran arsip menghadirkan dokumentasi visual, poster, dan artefak dari tahun 1970 hingga 2014, menyajikan narasi perjalanan Pasar Seni secara kronologis. Sementara itu, di area lapangan merah, tema serta logo Pasar Seni ITB 2025 ditampilkan secara perdana melalui pertunjukan projection mapping yang imersif, mengundang pengunjung untuk menyelami semangat baru yang ditawarkan tahun ini.
Pasar Seni ITB kini bukan sekadar kegiatan FSRD semata, melainkan telah menjadi perayaan seni yang terbuka bagi seluruh sivitas akademika dan masyarakat luas. Oleh karena itu, rangkaian pre-event dirancang berlangsung sejak Mei hingga September 2025, bertujuan membangkitkan kembali semangat berkarya yang sempat meredup akibat pandemi. Gelaran ini diharapkan menjadi ruang seni yang inklusif dan mudah diakses, terbuka untuk siapa saja yang ingin ikut serta.
Pada tahun ini, Pasar Seni ITB hadir dengan skala yang lebih besar dan pendekatan yang lebih interaktif. Rencananya akan ada lebih dari 300 stan, 200 seniman dan komunitas yang terlibat, tujuh wahana interaktif, serta tiga panggung utama. Kolaborasi antara mahasiswa, dosen, dan alumni menjadi kunci keberlangsungan acara ini, sekaligus menjamin kesinambungan nilai-nilai seni yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui Sinestesia, publik kembali diajak merasakan semangat Pasar Seni yang mengakar dari budaya jalanan—sebagai pembuka menuju festival utama sekaligus penghidupan kembali ruang-ruang seni yang egaliter, terbuka, dan dapat dinikmati semua kalangan.